MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM WHEELER
Model Wheeler merupakan model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Daryl Kenneth Wheeler pada tahun 1967. Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran dan terjadi secara terus menerus serta saling berkaitan antar elemennya. Dalam model ini, setiap langkah pengembangan tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah terdahulu telah diselesaikan. Hal ini karena pendekatan yang digunakan Wheeler dalam mengembangkan kurikulum yaitu pada setiap langkahnya didasarkan pada bentuk rasional.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum yang disampaikan oleh Wheeler terdiri dari 5 tahap yang tersusun secara runtut dan sistematis. Adapun kelima tahapan dari model ini yaitu sebagai berikut :
a. Selection of aims, goals, and objectives
Dalam mengembangkan kurikulum perlu ditentukan terlebih dahulu aim yang merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filisofis, goals atau tujuan pembelajaran yang bersifat praktis, dan objectives atau suatu tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya. Menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus dilakukan karena tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
b. Selection of learning exprerinces to help achieve these aims, goals and objectives
Setalah penentuan tujuan, diperlukan pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan. Pengalaman belajar yang dimaksud yaitu segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal yang penting karena digunakan untuk menyesuaikan materi-materi dalam proses pembelajaran.
c. Selection of content through which certain types of experiences may be offered
Tahap selanjutnya yaitu menentukan isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan. Hal ini berarti dalam menyusun isi dan materi pelajaran harus mengacu pada pengalaman belajar yang di alami oleh peserta didik.
d. Organization and intergration of learning exprinces and content with respect to the teaching learning process
Setelah materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan materi ajar yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau kesinambungan antara pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan naik sehingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal.
e. Evalution of esch phase and the problem of goals
Langkah
terakhir adalah melakukan evaluasi pada setiap fase dan masalah-masalah yang
dialami dalam mencapai tujuan. Dengan adanya evaluasi dapat
memberikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi
kurikulum terhadap tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi perlu dilakukan karena
digunakan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data sebagai bahan
penentuan keputusan mengenai kurikulum yang telah dijalankan apakah masih bisa
berlaku atau harus diganti dengan kurikulum yang baru.
Komentar
Posting Komentar